Total Tayangan Halaman

Senin, 21 Mei 2012

PULAU KAMPAI


Pulau dengan Sejarah yang Terlupakan
Mungkin bagi warga Medan nama Pulau Kampai terdengar asing. Lain halnya bila kita menyebut Pulau Samosir. Nama ini sudah lebih melekat di ingatan dan mungkin Anda beserta keluarga sudah sering berkunjung ke sana.
Pulau Kampai adalah nama sebuah pulau yang terletak di Kabupaten tingkat II Langkat, Kecamatan Pangkalan Susu. Bila ingin berkunjung ke sana, terlebih dahulu Anda harus menuju Pangkalan Susu. Ini membutuhkan waktu lebih dari dua jam dengan sepeda motor dan kurang lebih tiga jam dengan bus penumpang dari Terminal Pinang Baris.
Setelah memasuki Kecamatan Pangkalan Susu, Anda tinggal berjalan kaki saja untuk masuk ke daerah pelabuhan melalui perempatan Gohor Lama. Di sana tersedia boat yang seperti sampan menggunakan baling-baling dan speed boat.
Bila Anda menaiki boat, jalur yang ditempuh adalah menuju Pulau Sembilan dan kemudian berakhir di Pulau Kampai. Sedangkan speed boat akan melalui rute yang berawal di Pulau Sembilan menuju Pulau Kampai dan berhenti di Pantai Beraweh.
Menurut Buyung yang biasa membawa penumpang dengan boatnya, jumlah boat ada 15 buah dan speed boat 9 buah. "Transportasi boat dibuka pukul 13.00-16.00. Tapi hari Minggu biasanya sampai pukul 17.00," tambahnya.

 
Waktu yang dibutuhkan untuk menuju Pulau Kampai dengan menaiki boat kurang lebih 40 menit. Harganya Rp 10 ribu untuk pulang dan pergi. Asiknya saat di tengah laut Anda akan melihat ikan-ikan kedra, sejenis ikan cucut yang melintas dalam perjalanan Anda.
Melewati Pulau Sembilan, Anda akan merasakan sejuknya angin laut dan indahnya pemandangan pantai yang tidak akan ditemui di Medan. Setiba di Pulau Kampai, awalnya Anda mungkin akan merasa asing dan canggung untuk berinteraksi dengan masyarakat lokal. Tidak perlu merasa segan, karena masyarakat di sana bersikap ramah dan menghargai pengunjung yang datang. Ijul, seorang pengendara ojek berkata, "Kami menghargai dan tidak pernah mengganggu orang yang datang ke Pulau Kampai,".
Pulau Kampai seluas 700 hektar yang terdiri dari tujuh dusun ini dihuni oleh 1200 Kepala keluarga (KK). Saat ini, jumlah penduduknya kurang lebih ada 4200 jiwa. Suku yang tinggal di sana beragam; ada Jawa, Aceh, Melayu, perantau dari Malaysia dan Karo. Warga Tionghoa juga ada walaupun sekarang hanya tinggal 2 KK. Pekerjaan masyarakat di sana adalah petani dan nelayan.
Pulau Kampai dikenal sebagai pulau yang menghasilkan terasi. Pembuatan terasi ini sudah dilakukan sejak jaman Belanda dan dijual ke Medan, Aceh, Jakarta, bahkan diekspor ke Malaysia dan Serawak. Terasi yang dihasilkan dengan merek "Cap 77" dan "A Tiga" adalah milik masyarakat Tionghoa. Masyarakat sekitar yang melakukan aktivitas serupa hanya lima keluarga saja.


Setiba di Pulau Kampai, Anda akan disambut dengan sebuah gapura bertuliskan "Selamat Datang di Pulau Kampai". Ketika melewati gapura tersebut, Anda mungkin tidak menyangka kalau di sana sudah ada Sekolah Dasar dan lapangan bola tepat di depan mata.
Di samping penghasil terasi, Pulau Kampai juga terkenal akan kuburan keramat panjang, kuburan Mas Merah dengan legendanya dan Pantai Pasir Putih.
Bila Anda ingin mengunjungi kuburan keramat panjang, Anda tinggal berjalan kaki kira-kira 300 meter. Di sini Anda akan terheran-heran dengan kuburan yang panjangnya kurang lebih 6 meter dan yang satunya lagi 4 meter. Di kedua nisan kuburan ini tidak tertulis nama-nama orang yang meninggal. Warga percaya kuburan itu sudah ada sebelum jaman penjajahan Belanda. "Sejak orangtua kami tinggal di sini kuburan itu sudah ada," ujar M. Buyung Amir, Kepala Desa Pulau Kampai.
Hingga saat ini, kuburan keramat panjang sering dikunjungi masyarakat sekitar dan pendatang semata-mata untuk berdoa memanjatkan permohonan. Untuk itu biasanya seekor kambing dilepas agar doa kelak dapat terkabul.
Untuk melanjutkan perjalanan menuju daerah Pantai Beraweh, jarak yang ditempuh lebih kurang satu kilometer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar