Medan(Telusur)
Seorang guru bernama Nelly Dona Hutabarat menggelar aksi diam di
depan Istana Negara, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu
(13/7/2016) siang. Nelly melakukan demonstrasi seorang diri.
Demonstrasi dilakukan guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) 10-61-59 yang
terletak di Jalan Irian Barat, Pasar Sampali, Deli Serdang, sebagai
upaya menuntut keadilan atas kasus pembongkaran rumah dinas tanpa
pemberitahuan.
Pembongkaran rumah dinas dilakukan oleh Kepala Sekolah SMPN 6, Deli
Serdang, Elvian Lubis. Kemudian menutup sekolah, rumah dinas Nelly yang
menempel di SDN 10-61-59 juga terkena bongkar.
"Saya datang langsung
nanya '
kok berani kalian, siapa yang suruh kalian bongkar,' lalu pembongkaran langsung dilanjutkan," katanya kepada wartawan di depan Istana Merdeka.
Pertanyaan perempuan yang sudah mengabdi sebagai guru selama 36 tahun
itu juga tidak digubris kepala sekolah tersebut. Tiba-tiba kepala desa
datang dan menyuruh untuk melanjutkan pembongkaran tersebut.
Nelly mengatakan, selama pembongkaran banyak barang-barang miliknya
yang rusak, bahkan sejumlah dokumen penting juga hilang karena lemari
tempat penyimpanan surat-surat berharga turut hancur.
"Barang-barang saya dicampakkan begitu saja, SK dan perhiasan saya enggak ada," tuturnya.
Sebelumnya, pembongkaran rumah dinasnya dilakukan pada 24 November
2011 secara membabi buta. "Saya dibuat macam binatang dan tidak ada
harganya di hadapan mereka. Karena dari pembongkaran itu surat
pengangkatan PNS juga hilang tidak tahu ke mana," ujarnya.
Nelly mengatakan, pembongkaran atas SK Kepala Dinas Dikpora tersebut
disertai dengan penganiayaan dan perusakan barang. Nelly pun langsung
melaporkan kekerasan itu ke Polsek Percut Sei Tuan, namun hingga saat
ini belum ada kepastian dari hasil laporannya sejak 2011.
Ia curiga ada permainan uang di Pemerintah Kabupaten Deli Serdang di balik pembongkaran tersebut.
"Kayaknya mereka ada main duit," ujarnya.
Pantauan
Okezone, dalam aksinya Nelly membawa
foto-foto bukti perusak tempat tinggalnya, surat-surat pelaporan dan
juga karton berwarna putih dengan bertulisan harapan.
"Bapak Teten Masduki. Tolong saya Pak, sudah lima tahun saya berjuang
untuk keadilan. Saya guru tertindas dari Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara. Saya datang ke Jakarta ini untuk bisa bertemu langsung
dengan Pak Presiden. Harapan terakhir saya mewujudkan keadilan,"
begitulah tulisan serta harapan Nelly.